Jepang, pemegang asing terbesar kedua surat utang AS, juga memotong kepemilikannya sebesar 7,6 miliar dolar AS menjadi 1,1364 triliun dolar AS
Sebelumnya, pemerintah dalam lelang lima seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Selasa (7/2).
Pemerintah telah mempersiapkan dana Bond Stabilization Framework (BSF) untuk menstabilkan pasar surat utang negara.
Berbagai argumentasi yang mendesak agar Bank Indonesia melakukan Quantitative Easing (QE) dengan mencetak sejumlah uang untuk masuk memberi Surat Utang Negara di pasar primer, menuai polemik.
Hal itu dilakukan dengan cara melakukan pencairan L/C (letter of credit atau surat utang) memakai dokumen fiktif ke Bank BNI 46 cabang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dia terbukti melakukan korupsi pencairan L/C (letter of credit atau surat utang) memakai dokumen fiktif ke Bank BNI 46 dan tindak pidana pencucian uang.
Penawaran masuk yang tinggi itu tidak terlepas dari kinerja APBN 2021 yang positif, terutama dari sisi penerimaan, yang menjadi sinyal kuat optimisme kelanjutan pemulihan ekonomi di 2022.
SBSN secara keseluruhan, akan ditargetkan penerbitan sebanyak 25 persen sampai 30 persen dari total surat utang negara (SUN) yang akan dikeluarkan pada tahun ini.
Hingga 27 Oktober, telah diterbitkan 97 emisi dari 56 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp108,9 triliun
Jumlah ini diterbitkan setidaknya oleh 57 penerbit efek bersifat utang (EBUS) dengan 107 emisi